Museum Perjuangan dan Museum Pusat TNI AD “Dharma Wiratama” menyimpan kisah perjuangan pahlawan untuk memerdekakan Indonesia. Pengunjung dibawa bernostalgia dengan kehidupan pada masa perjuangan.
Jika anda bosan ke Yogyakarta karena destinasi wisata yang ditawarkan hanya itu-itu saja, coba anda melakukan perjalanan yang berbeda. Tidak perlu membawa bekal banyak, cukup Rp. 20.000,00 saja.
Jogja memiliki transpotasi umum yang cukup murah, Trans Jogja. Hanya Rp. 3000,00 sudah bisa mengantakar wisata untuk berkeliling di berbagi tempat wisata. Yang perlu diingat ketika naik Trans Jogja adalah jangan turun halte sebelum sampai di tempat tujuan. Jika kita keluar, kita akan dikenakan biaya lagi. Jangan takut tersesat ketika naik Trans Jogja. Petugas selalu menanyakan kemana tujuan kita dan mereka akan mengarahkan kita.
Malioboro, Benteng Vredeburg dan Kraton Jogja adalah tempat sering dikunjungi wisatawan. Jika anda bosan, coba pilih tempat wisata lain. Berwisata sekaligus menambah wawasan kebangsaan, kiranya bisa menjadi pilihan. Museum Perjuangan dan Museum Pusat TNI AD “Dharma Wiratama” bisa menjadi pilihan.
0 km bisa menjadi awal perjalanan. Tidak perlu jauh-jauh menunggu Trans Jogja karena di depan Benteng Vredeburg ada Halte. Tujuan pertama adalah ke Museum Perjuangan. Karena Trans Jogja memiliki beberapa trayek, maka untuk sampai Museum Perjuangan menggunakan 2A. Dari depan Benteng Vredeburg, Trans Jogja menuju Jalan Sugiyono. Perjalanan hanya membutuhkan waktu 10 menit. Bus akan berhenti di Halte Sugiyono depan SD Percobaan atau timur Pojok Beteng Wetan.
Museum Perjuangan terletak tidak jauh dari Halte Sugiyono. Anda dapat berjalan sejauh 100 meter, di selatan jalan akan terlihat gapura Museum Perjuangan. Museum ini memang agak menjorok ke dalam dari jalan raya.
Bangunan berbentuk bulat silinder ini mulai dibangun pada tanggal 5 Oktober 1959. Tujuannya adalah untuk memperingati setengah abad kebangkitan nasional. Bentuk Museum Perjuangan ini juga dikenal dengan sebutan Ronde Tempel dan juga merupakan perpaduan arsitektur Barat dan Timur. Pada bagian atas bangunan merupakan ciri khas barat sedangkan bagian bawah yang seperti candi, berlerief, merupakan ciri khas timur. Lebih detail lagi, tanggal kemerdekaan Indonesia juga dilambangkan dari 17 anak tangga, 8 daun pintu dan 45 cendela yang ada di Museum Perjuangan.
Museum Perjuangan memiliki dua lantai. Lantai pertama kita akan disuguhi sejarah Bangsa Indonesia sebelum kemerdekaan. Di sini bisa foto-foto dengan patung pahlawan nasional seperti Ahmad Dahlan dan Adi Sutjipto. Di lantai bawah terdapat koleksi foto peristiwa setelah Indonesia merdeka. Dimulai dari Konferensi Meja Budar hingga reformasi tahun 1998.
Museum yang bertarif Rp. 2000,00 ini ternyata tidak banyak dikunjungi. Menurut keterangan petugas, perharinya paling banyak hanya 5 orang. Tak jarang pula museum ini tidak berpengunjung. Upaya sudah dilakukan oleh pihak museum. Pada tanggal 16-20 Mei 2014, pengurus Museum Perjuangan telah melaksanakan expo bersama beberapa organisasi.
Selesai berkeliling Museum Perjuangan, saatnya perjalanan dilanjutkan. Kembali ke halte tempat turun tadi, perjalanan dilanjutkan ke Museum Pusat TNI AD “Dharma Wiratama” yang terletak di Jalan Sudirman. Dari Halte Sugiyono ini menggunakan Trans Jogja 2A.
Perjalanan kali ini lumaya memakan waktu. Trans Jogja harus melewati Jogja sebelah timur. Keuntungannya adalah anda dapat lebih lama istirahat dan muter-muter murah. Jika anda belum pernah ke Jogja, perjalanan selama 45 menit ini bisa dimanfaatkan untuk berbincang dengan warga local. Warga Jogja dikenal dengan keramahannya.
Halte Cik Ditiro merupakan halte terdekat dengan Museum Pusat TNI AD “Dharma Wiratama” jika menggunakan Trans Jogja 2 A. Cukup menyebarang jalan menuju Jalan Sudirman, anda sudah sampai museum yang dituju.
Sebelum masuk, anda harus lapor di pos jaga. Anda akan disambut oleh tentara yang sedang berjaga. Katanya masuk museum ini dikenakan biaya Rp. 3000,00, tapi ketika saya masuk ternyata gratis.
Jauh sebelum menjadi museum, gedung ini digunakan untuk rumah dinas pejabat administrator perkebunan Belanda. Setelah Indonesia merdeka, gedung ini digunakan sebagai Markas Besar TKR. Panglima TKR pernah mengendalikan komando untuk seluruh Indonesia dari sini. Bahkan pada masa PKI, gedung inimenjadi salah satu saksi bisu.
Museum Pusat TNI AD “Dharma Wiratama” memiliki 21 ruang pameran. Semua ruangan merupakan pameran sejarah TNI dari awal terbentuknya pasukan ini. Di sini anda dapat melihat transformasi TNI. Mulai dari seragam hingga persenjataannya. Kalau anda penasaran merasakan bagaimana bangker, disini juga ada. Bukan hanya alat peraga saja, di sini juga ada cerita dari beberapa pertempuran. Museum ini buka pada Senin-Jumat jam 08.00-14.00 WIB.
Selesai melihat koleksi di Museum Pusat TNI AD “Dharma Wiratama”, jika ingin kembali ke daerah Malioboro, bisa menggunakan Trans Jogja 3A. Cukup sekali saja. Ketika anda mulai perjalanan pada pukul 08.00, anda akan sampai kawasan Malioboro sekitar pukul 14.00. Tentunya perut sudah protes untuk diisi. Pecel di depan Pasar Bringharjo saya sarankan untuk dicoba. Cukup Rp. 6000,00, anda sudah bisa menikmati seporsi pecel. Uang Rp. 20.000 sudah cukup digunakan untuk wisata sekaligus belajar. Selamat mencoba!